
Siapa yang tak tahu pizza? Pizza merupakan salah satu makanan cepat saji paling populer di dunia. Kita bisa menemukan pizza di mana-mana—di rumah, restoran, atau bahkan pinggir jalan! Di Amerika Serikat saja, tiga miliar pizza dijual setiap tahunnya.
Namun, tahukah kamu? Di balik lezatnya satu piring pizza yang tersaji di hadapanmu, tersimpan kisah menarik yang jarang diketahui. Makanan ini berhasil mendominasi dunia, bagaimana awalnya? Mari kita bahas bersama.
Jika sekarang pizza disajikan di atas piring pizza, pada awalnya, justru pizza itu sendirilah ‘piringnya’. Pada masa Romawi, roti pipih yang diberi taburan-taburan gurih menjadi solusi makan praktis bagi mereka yang tak mampu membeli piring atau sedang dalam perjalanan.
Bahkan, dalam buku Aeneid, karya penyair Latin, Virgil, karakter Aeneas dan krunya digambarkan menggunakan roti tipis sebagai alas makan, dan menyantapnya bersama jamur dan rempah-rempah. Ketika roti tersebut dimakan habis, mereka lalu berseru, “Lihat! Bahkan kita makan piringnya!”
Meskipun bisa ditelusuri jauh ke zaman kuno, bentuk pizza yang kita kenal sekarang ini baru benar-benar lahir di Napoli, pada akhir abad ke-18. Dulu, di bawah kekuasaan Raja Bourbon, Napoli tumbuh pesat menjadi salah satu kota terbesar di Eropa. Namun, kala itu, Napoli juga dihuni kaum miskin yang disebut lazzaroni.
Kemiskinan yang ekstrem membuat mereka butuh makanan murah, cepat, dan mengenyangkan. Maka, lahirlah pizza jalanan yang dijual pedagang keliling dalam kotak besar, dipotong sesuai selera dan dompet pelanggan.
Pizza masa itu masih sangat sederhana—jauh berbeda dari yang disajikan saat ini. Yang paling sederhana, dahulu, hanya ditaburi bawang putih, lemak babi, dan garam saja. Ada juga yang ditambahkan keju dari susu kuda, ikan kecil, basil, dan tomat.
Sayangnya, karena lekat dengan kemiskinan, pizza sempat dianggap menjijikkan lho. Penemu telegraf, Samuel Morse, menggambarkannya sebagai “kue paling memualkan” setelah mencicipinya dalam perjalanannya ke Italia pada tahun 1831.
Semua berubah setelah penyatuan Italia. Pada tahun 1889, saat Raja Umberto I dan Ratu Margherita mengunjungi Napoli, sang ratu yang bosan dengan makanan Prancis yang rumit, ingin mencicipi hidangan lokal. Seorang pembuat pizza, Raffaele Esposito, menyajikan tiga jenis pizza dan salah satunya menggunakan tomat, keju mozzarella, dan basil.
Warna-warnanya melambangkan bendera Italia: merah, putih, dan hijau. Sang ratu menyukainya, dan pizza itu pun dinamai pizza margherita. Restu kerajaan ini mengangkat derajat pizza: dari makanan kaum papa menjadi simbol kebanggaan nasional. Pizza mulai dikenal sebagai makanan khas Italia sejati, sejajar dengan pasta dan polenta.
Awalnya, pizza sulit keluar dari Napoli. Namun, kemudian gelombang migrasi mempercepat penyebarannya. Sejak 1930-an, banyak warga Napoli pindah ke utara membawa serta resep pizza. Ketika tentara Sekutu datang ke Italia dalam Perang Dunia II, mereka terpukau oleh pizza dan mulai mencarinya di mana-mana.
Akan tetapi, ledakan popularitas pizza sebetulnya terjadi berkat pariwisata pasca-perang. Turis asing yang penasaran dengan makanan lokal mendorong restoran di seluruh Italia menyajikan pizza, meski kualitasnya saat itu masih beragam. Seiring waktu, restoran mulai menyesuaikan topping dan rasa sesuai selera lokal. Muncullah inovasi, eksperimen, dan berbagai variasi.
Pizza tak lagi sekadar ‘piring’ yang bisa dimakan, tetapi sudah naik kasta menjadi makanan yang punya piring pizza khususnya sendiri.
Pizza menemukan rumah keduanya di Amerika. Lombardi’s, pizzeria pertama di New York dibuka tahun 1905 oleh imigran Italia. Dalam waktu singkat, pizza menyebar ke seluruh negeri, diadopsi oleh pengusaha restoran dari berbagai latar belakang.
Inovasi terus bermunculan. Di Chicago, Ike Sewell menciptakan deep dish pizza dengan adonan tebal, keju di bawah, dan saus tomat melimpah di atasnya. Di Colorado, muncul Rocky Mountain pie dengan pinggiran lebar yang dimakan dengan madu. Bahkan Hawaii menciptakan versi dengan nanas dan ham yang membuat orang Napoli menggeleng heran.
Mulai tahun 1950-an dan seterusnya, terjadi dua gebrakan besar di Amerika Serikat, yaitu pizza beku dan layanan antar pizza ke rumah. Karena makin banyaknya rumah yang memiliki kulkas dan lemari pembeku, muncullah pizza beku yang hanya tinggal dipanaskan di rumah. Resepnya sedikit diubah. Saus tomatnya jadi lebih halus agar adonan tidak kering dan kejunya disesuaikan agar tahan beku.
Keberadaan mobil dan motor juga memunculkan layanan pesan-antar. Tahun 1960, Tom dan James Monaghan mendirikan Dominik’s yang kemudian menjadi Domino’s. Mereka sukses besar dengan janji pengiriman cepat, lalu berkembang ke seluruh dunia.
Kini, ada sedikit kota di dunia yang tak punya waralaba pizza. Pizza jadi standar global, tapi juga sangat fleksibel. Pizza Hut di Polandia menjual versi India yang pedas, Domino’s Jepang punya “Pizza Elvis” dengan semua topping yang bisa dibayangkan.
Menariknya, pizza bukan hanya makanan, tetapi ia juga adalah simbol kebersamaan. Di banyak budaya, berbagi pizza berarti berbagi cerita, tawa, bahkan debat. Di Italia, makan pizza adalah ritual sosial, biasanya dilakukan bersama keluarga atau teman dekat. Di Jepang, pizza sering menjadi menu pesta ulang tahun atau acara karaoke.
Di Indonesia sendiri, pizza makin populer sebagai sajian kumpul keluarga saat akhir pekan. Dan tentu saja, berbagi pizza yang hangat terasa lebih nikmat ketika disajikan dengan peralatan yang memadai, termasuk piring pizza yang tepat guna.
Piring biasa sering kali tidak muat sebagai alas satu loyang pizza. Di sinilah piring pizza Harazakida hadir sebagai pelengkap sempurna. Terbuat dari material melamin berkualitas terbaik, piring khusus pizza Harazakida bukan hanya kuat menahan panas pizza segar, tapi juga memperindah penyajian di meja makanmu.
Tak hanya cocok untuk pesta pizza di rumah, piring pizza Harazakida juga membuat bisnis kuliner kamu tampil profesional dan berkelas. Desainnya yang minimalis modern cocok untuk segala konsep dapur—baik rustic, industrial, hingga japandi.
Kalau kamu sedang mencari hadiah unik untuk pecinta kuliner, piring saji ini adalah pilihan yang tidak biasa tapi sangat berkesan. Karena pizza bukan hanya soal rasa, tapi juga soal presentasi dan pengalaman.
Piring pizza Harazakida juga telah bersertifikat SNI dan dijamin food grade dan bebas BPA. Jadi kamu tidak perlu khawatir soal keamanannya. Piring melamin dari Harazakida ini tidak hanya kuat dan ringan, tetapi juga mudah dibersihkan dan tahan terhadap noda minyak atau saus pekat. Dengan warna matte yang elegan, akan membuat pizza di atasnya makin menggugah selera..
Kamu bisa mengunjungi laman www.harazakida.id untuk dapat info lengkap seputar produk piring pizza berkualitas dari Harazakida. Atau, kontak tim kami di nomor berikut: 0882-1022-6220 atau 0882-8913-6661.
Tidak ada produk di keranjang
Return to shop